Tuesday, July 26, 2011 0 comments

Setelah Putus Pacaran

STUDIA Edisi 310/Tahun ke-7 (11 September 2006)

Stop Press!! Artikel ini khusus buat mereka yang berpacaran dan pernah punya pacar. Waduh, gimana dong nasib mereka yang hidupnya lurus-lurus aja alias nggak pernah pacaran? Masa’ nggak boleh ikutan baca? Hehe... tentu boleh dong. Siapa tahu ada orang-orang di sekeliling kamu yang membutuhkan, padahal kamu masih belum punya pengalaman, kamu tinggal kasihkan artikel STUDIA edisi kali ini. Asyik kan?

Masa pacaran, siapa sih yang nggak panas-dingin bila mengenangnya? Panas-dingin karena teringat indahnya. Tapi bisa juga panas-dingin karena takut dosanya. Yang pasti sih, saya yakin kamu udah pada insaf kalo pacaran tuh cuma ajang menumpuk dosa akibat baku syahwat yang melanggar syariat. Kalo masih belum yakin juga, kamu bisa baca-baca lagi file STUDIA yang lalu-lalu biar ingatanmu fresh lagi.

Nah, udah ingat lagi kan? Kamu yang dulu memutuskan si dia karena takut dosa. Kamu yang memutuskan kekasih karena insaf. Kamu yang tak mau lagi mempunyai ikatan nggak sah. Kamu yang udah nyadar dan nggak pingin mengulangi lagi. Entah kenapa tiba-tiba aja bayangan si dia nongol lagi dalam benakmu.

Tiba-tiba aja nggak sengaja ketemu di angkot. Atau di tempat les bahasa Inggris. Atau bisa juga karena kamu yang lagi beres-beres kamar menemukan satu lembar foto doi dalam pose yang bikin kamu tersepona. Tapak kenangan dirinya ternyata belum hilang sepenuhnya dari benakmu. Duh... gimana menyikapi rasa ini?

Padahal kamu tahu bahwa jalinan cinta itu tak mungkin lagi untuk diulang. Ia hanya penggalan masa lalu yang kudu dikubur dalam-dalam. Terus, gimana dong?

 
;